Sorotan Pajak Dorong Regenerasi

Ini sambungan untuk artikel sebelumnya, Menggoda Dengan Uang Raksasa. Sebelumnya, sorry kalo artikelnya kepanjangan ^^. Satu lagi, kedua artikel ini ditulis oleh Dahlan Iskan, disadur dari Riau Pos.

SIAPA sih Blackstone? Kok, Cina mau mengucurkan uangnya sebesar hampir Rp2.000,- triliun ke dalamnya? Tentu sebelumnya sudah banyak pilihan lain. Bahwa akhirnya jatuh ke Blackstone, mungkin, antara lain, Cina melihat siapa di belakangnya dan bagaimana reputasi orang itu.

Meski tokoh nomor satu di Blackstone adalah Peter G Peterson, tapi yang lebih banyak jadi berita adalah ko-pendirinya, Stephen A Schwarzman. Bukan saja karena Schwarzman adalah chairman dan CEO-nya, juga karena gaya hidupnya. Tokoh yang lahir persis di Hari Valentine ini baru saja merayakan ulang tahunnya ke-60.

Pesta inilah yang menjadi berita halaman satu di banyak surat kabar Amerika. Bukan saja karena pestanya dilaksanakan di Park Evenue Armory, New York, juga karena biaya yang dihabiskannya sampai Rp25 miliar. Pesta itu lebih memenuhi syarat sebagai cerita di halaman satu lagi karena banyaknya tokoh konglomerat yang hadir, seperti Donald Trump, Thomas Lee, dan Wilbur Ross.

Latar belakang Schwarzman sendiri memang memenuhi syarat untuk menambah ketokohannya. Dia masuk Universitas Yale bersama George W Bush yang sekarang jadi presiden AS. Lalu, meraih master dari Harvard Business School. Ketika umurnya baru 31 tahun, sudah menjadi Managing Director Lehman Brothers, perusahaan keuangan dunia yang begitu terkemuka. Kegiatan kemasyarakatannya juga bukan main menariknya. Dia adalah pengurus perkumpulan balet New York, pengurus perkumpulan film Lincoln Center, pengurus pertunjukan seni John F. Kennedy Center, dan banyak lagi.

Tapi, berita ulang tahun ekstravaganzanya yang jadi berita halaman satu media massa itu mungkin saja akan merepotkannya. Kini Senat Amerika mulai mengajukan proposal untuk menaikkan pajak dari gain. Yang jadi sasaran tentu orang seperti Schwarzman itu. Terutama ketika Blackstone akhirnya go public dan setelah itu kekayaan Schwarzman diperkirakan naik dari 7,7 miliar dolar AS (sekitar Rp75 triliun) menjadi Rp250-an triliun.

Apalagi kalau nanti pengaruh Partai Demokrat di Senat benar-benar kian kuat, posisi lobi Blackstone bisa jadi berkurang. Apalagi pendiri Blackstone yang juga senior Schwarzman di situ adalah juga tokoh yang dekat dengan tingkat puncak Partai Republik. Peter G Peterson, pendiri Blackstone bersama Stephen A Schwarzman, adalah menteri perdagangan di zaman Presiden (Republikan) Richard Nixon. Peterson adalah tokoh politik, ekonomi, dan kerja sama internasional pada masa itu.

Tapi, latar belakang Peterson yang begitu kuat mungkin juga membuat siapa pun tidak gampang mengganggu dia. Selain mantan menteri perdagangan AS, dia juga mantan chairman/CEO Lehman Brothers, mantan Chairman Federal Reserve Bank of New York, serta seabrek jabatan penting lain di bidang ekonomi dan keuangan. Peterson juga penulis banyak buku pemikiran ekonomi yang amat mendasar seperti bagaimana Partai Demokrat dan Republik telah membangkrutkan ekonomi AS dan bisakah Amerika tumbuh sebelum menua. Dan banyak buku penting lainnya.

Tapi, dengan go public yang baru saja dilakukannya, Blackstone akan lebih aman. Juga lebih kuat dalam mendanai ekspansinya. Membeli grup Hilton dan perusahaan chemical terbesar Cina tentu bukan yang pertama dan yang terakhir bagi Blackstone. Sudah 112 perusahaan di berbagai bidang (non-real estate) dimasukinya. Termasuk perusahaan asuransi dan makanan. Tapi, yang terbanyak dibeli adalah perusahaan real estate. Sejak 1992 sampai Mei 2007, sudah 214 kali transaksi pembelian perusahaan real estate. Di berbagai benua.

Ada lima ‘’rukun iman’’ yang diyakini Blackstone: di dunia yang penuh dengan bisnis besar, akan tetap ada ruang untuk perusahaan kecil yang memiliki integritas dan profesionalisme tinggi; di dunia yang penuh kekejaman oleh pengambilalihan perusahaan secara nakal, tetap bisa dilakukan investasi dalam iklim persahabatan; di tengah banyaknya perusahaan yang besar karena warisan, akan tumbuh perusahaan kuat dari bermunculannya profesional-businessman yang kredibel; di tengah dunia yang penuh dengan doktrin ‘’gunakan uang orang lain’’, kami akan menggunakan uang sendiri; dan di dunia perusahaan yang kini penuh dengan konflik interes, kami hanya akan memberikan nasihat yang fair tanpa ditumpangi kepentingan apa pun.

Langkah-langkah brilian Blackstone seperti itulah, yang membuat Tiongkok tertarik menjadi pemiliknya meski tidak mengendalikannya. Tentu dari Blackstone, Cina mengharapkan pendapatan yang lebih besar daripada sekadar kalau cadangan devisa itu ditaruh di bank sentral AS yang bunganya sekitar 4 persen setahun.

Blackstone dinilai akan bisa memberikan penghasilan tiga kali lipat. Sebab, rata-rata return Blanckstone adalah 20 persen. Bahkan, sering juga sampai 30 persen. Ini, antara lain, karena sistem perpajakan di AS yang membedakan pajak gain dan pajak dividen.

Pajak gain hanya 10 persen, sedangkan pajak penghasilan 30 persen. Sistem perpajakan seperti itulah, yang membuat perusahaan equity seperti Blackstone menjamur di AS. Di Inggris lebih-lebih lagi karena pajak gain lebih kecil daripada di AS.

Akankah model bisnis seperti itu tidak akan dinilai sebagai ‘’penghinaan’’ terhadap para businessman ‘’sejati’’? Yakni businessman yang merintis perusahaan dengan susah payah? Dan membesarkan perusahaan dengan mandi keringat? Lalu, setelah besar, dengan gampang saja dibeli dengan cara yang mudah seperti itu? Tapi, inilah, rupanya, memang kehidupan di dunia: yang pintar memakan yang bodoh, yang cepat meninggalkan yang lambat, yang hemat mengalahkan yang boros, yang rajin meninggalkan yang malas, dan yang hidup meninggalkan yang mati!

Semua itu tidak bisa diselesaikan dengan anjuran atau khotbah. Ukuran moral bisa sangat relatif antara mana yang ‘’bermoral’’ dan mana yang ‘’kurang bermoral’’. Sistem perpajakanlah yang akan lebih efektif menata ulang model bisnis seperti itu. Blackstone pun sudah siap-siap menghadapi sorotan dan aturan yang mungkin tidak lagi membuatnya selincah sebelumnya. Schwarzman juga sudah mulai menunjuk pimpinan puncak dari generasi baru yang akan menjalankan perusahaan sehari-hari. Namanya Hamilton James yang selama ini jadi orang nomor duanya.

Dengan langkah itu, Blackstone tidak lagi terlalu disorot. Juga tidak terlalu lagi dihubungkan dengan nama Schwarzman yang sudah kian sering masuk koran karena gaya hidupnya yang mulai glamor.

Mungkin Schwarzman tidak terlalu gembira dengan perkembangan baru itu. Tapi, bukan berarti kehidupannya akan sepi. Ini karena putrinya, Elizabeth Schwarzman, baru saja memberi dia cucu pertama. Kembar pula.

Cina pun masuk ke dalamnya di saat situasinya seperti itu. Negeri yang resminya komunis yang mestinya punya ideologi sama-rata-sama-rasa itu, rupanya, masih yakin masuk ke Blackstone akan bisa melipatgandakan uangnya. Dan, yang penting, Tiongkok juga tidak mau ditinggalkan oleh dunia dengan permainannya seperti itu. Cina ingin mewujudkan ‘’lompatan besar’’ -entah apakah model itu yang diinginkan Ketua Mao dengan ucapannya seperti itu dulu- dengan langsung membeli perusahaan yang bisnisnya membeli perusahaan seperti Blackstone.

Nah, Cina sudah memilih berpartner dengan perusahaan yang punya ‘’lima rukun iman’’ seperti disebutkan tadi. Sebuah ‘’rukun iman’’ yang dianggap cocok dengan budaya Timur yang dipegang teguh orang Asia -termasuk, mudah-mudahan, Anda. Itu pun kalau Blackstone tidak mengubah ‘’lima rukun imannya’’ karena ada perkembangan baru yang kurang menyenangkannya itu.