Benar salah itu ada di otak masing-masing

Sebelum Tulisan Dimulai…

Seorang anak kelas SD mengerjakan soal pengurangan 15 – 8. Dia mengerjakan dengan cara logika berpikir seperti ini:

* 15 terdiri dari 1 puluhan (10) dan 5 satuan
* Selanjutnya anak mengurangi 10 – 8 = 2
* Karena masih ada sisa satuan 5 maka, hasil tadi dijumlahkan yaitu 2 + 5 = 7
* Jadi 15 – 8 = 7

Proses belajar yang sudah betul tadi, disalahkan oleh guru disekolahnya, “Nak, ini salah. Soal itu kan pengurangan jadi tidak boleh diselesaikan dengan penjumlahan.” Tentu saja sang anak menjadi bingung, dan sang guru ngotot. “Pokoknya 15 – 8 berapa? Coba hitung dengan jari.”

Menurut Anda, apakah sang anak yang salah? Atau sang guru? Atau mungkin malah pendidikan di Indonesia yang salah?


Tulisan Sesudah Sebelum Tulisan Dimulai…
Yup, kadang keyakinan seseorang itu berbeda dengan keyakinan orang yang lain.

Coba lihatlah keyakinan para pengikut (yang katanya) nabi baru dr aliran Al Qiyadah. Dengan berapi-api mereka akan mengatakan bahwa keyakinan mereka benar.

Semalam saya baru menonton pengakuan pengikut Al Qiyadah Al Islamiyah tersebut, kalau tidak salah berinisial “L”.

Si “L” ini, dengan yakinnya mengatakan bahwa ajaran yang dibawa sang nabi baru ini adalah benar.

Lalu, tengok lagi orang yang dulu pernah mengaku sebagai Imam Mahdi, ya dia adalah Lia Eden. Yang baru keluar penjara setelah 22 bulan menjadi tahanan.

Sejak dipenjara, apakah pengikutnya berubah keyakinan?

Apakah mereka benar? Apakah mereka salah? Bagi mereka, mereka benar. Itu keyakinan mereka.

Toh, bagi umat beragama lain, mereka juga mempunyai kepercayaan dan pengetahuan masing-masing.

Bagi saya? Yah bagi saya yang benar adalah ajaran agama Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad s.a.w.

Dalam kehidupan sehari-hari juga, saya sering berdebat dengan dosen yang mengatakan bahwa mereka benar, dan saya katakan saya benar karena itu memang bidang saya. Dan saya merasa sudah mempelajari dan memiliki pengetahuan bidang tersebut lebih dari sang dosen.

Atau Anda pernah bertabrakan kendaraan di jalan raya. Yang merasa di belakang akan mengatakan bahwa yang di depan salah karena mengerem mendadak.

Sedangkan yang di depan mengatakan bahwa yang salah itu kendaraan dibelakang, mengapa lajunya terlalu kencang jadi tidak sempat mengerem.

Saya pernah dengar sebuah pepatah (dlm bahasa inggris) mengatakan:
Kita melihat dunia dari kacamata kita, bukan dari dunia itu sebenarnya.

Bagaimana dengan Anda?

Tulisan Sesudah Tulisan…
Hm, jadi inget waktu putusan sama mantan pacar, dia dengan ego nya mengatakan bahwa dia benar, sehingga menyebabkan kami putusan. Sedangkan saya mengatakan bahwa sayalah yang benar.

Siapa yang benar, itu ada di otak masing-masing