Jejak-jejak Serunting Sakti Sang Si Pahit Lidah

Sebelum Tulisan Dimulai…
Waktu kecil dulu saya pernah menonton film yang berjudul “Sumpah Si Pahit Lidah” tayang di TVRI (dulu saya pikir judulnya Si Pahit Lidah melawan Si Mata Empat), film ini dibintangi oleh Advent Bangun, seorang aktor laga berpengalaman yang aktingnya diakui sekali. Film yang berkisah tentang seorang pendekar berjuluk Si Pahit Lidah yang bisa mengutuk orang menjadi batu hanya dengan ucapan ini sungguh memukau saya waktu itu.

Sebagai anak kecil yang suka meniru, tentunya setelah menonton film tersebut, saya dan teman-teman mulai bermain silat-silatan menirunya. Dan tentu saja, seperti yang bisa ditebak, semua anak ingin jadi Si Pahit Lidah, yang hanya dengan mengucap kutukan bisa membuat orang menjadi batu 😀

Tulisan Sesudah Sebelum Tulisan Dimulai…
Adalah mama saya yang bercerita setelah kami bermain, bahwa ternyata Si Pahit Lidah adalah tokoh dari Lahat, sebuah kabupaten di Sumatera Selatan, asal daerah orang tua saya.

Mendengar hal tersebut, tentunya saya meminta beliau untuk bercerita tentang legenda Si Pahit Lidah. Beliau lalu menceritakan bahwa sering diceritakan oleh nenek tentang legenda tersebut. Pernah juga beliau waktu kecil diajak ke sebuah kebun kopi, di sana beliau melihat patung seorang putri yang sedang menanam padi, dikatakan nenek bahwa patung tersebut adalah hasil dari kutukan Si Pahit Lidah.

Konon kabarnya di atas bukit kebun kopi tersebut ada berbagai macam patung lagi, tetapi karena menurut nenek tempat tersebut angker, jadi beliau takut untuk melihat lebih lanjut.

Nah, dulu waktu kecil saya hanya bisa mendengarkan cerita ini. Tapi setelah dewasa ini, tentunya saya seorang yang hobi menyelidiki tentang sejarah dan legenda ini mencoba untuk menyelidiki legenda Si Pahit Lidah ini.

Kesempatan untuk berkunjung ke tempat-tempat yang diyakini dikunjungi oleh Si Pahit Lidah ada saat saya berkunjung ke Lahat menemani kakak saya. Di daerah Kota Pagar Alam di sebuah kebun teh, terdapat 3 patung ibu-ibu yang sedang menggendong anaknya, kondisi patung tersebut gemuk dan diberikan pagar serta atap oleh pemerintah.

Batu Macan

Batu Macan adalah salah satu yang dipercaya oleh penduduk sekitar bahwa Si Pahit Lidah mengubah seekor macan dan seorang ibu dan anaknya menjadi batu.

Gambar di atas adalah gambar Batu Macan, konon kabarnya saat Si Pahit Lidah istirahat di sebuah batu, ada seekor macan yang ingin menerkam seorang ibu, harimau tsb diperingati oleh Si Pahit Lidah sampai 3x, tetapi tetap berniat menerkam ibu tsb. Akhirnya kutukan Si Pahit Lidah pun terucap “ai, dasar batu kau ni“, tapi anehnya, bukan hanya macan tsb yang menjadi batu, tetapi sang ibu dan anak juga.

Usut punya usut, ternyata si ibu adalah seorang pezinah dan anak yang digendongnya adalah anak hasil perzinahannya. Dari cerita inilah terjadi asal muasal peraturan adat jika seseorang diketahui berzinah, maka ada banyak persyaratan seperti menyembelih kambing, sapi, membersihkan rumah, dll

Lanjut perjalanan saya ke daerah di antara Desa Kebur menuju Lahat (sebelum Lahat), di sebelah kiri terdapat semacam sekolahan dan terdapat spanduk bertuliskan tentang peninggalan Si Pahit Lidah.

Ternyata di daerah Pampangan OKI terdapat juga peninggalan Pangeran Serunting Sakti (Si Pahit Lidah) termasuk yang diyakini bahwa tempat ini adalah makamnya. Tapi sayang pemerintah setempat sepertinya tidak begitu memperhatikan peninggalan ini. Bahkan jika hari libur, banyak sekali pemuda-pemudi yang pacaran di sini hehe =P~

Terdapat pula Taman Si Pahit Lidah yang berada di Pasar Terminal Nendagung, Pagaralam. Sama seperti yang dilaporkan oleh pihak Sripo baru-baru ini, saat saya berkunjung saya juga mendapati taman ini tidak terawat, sungguh sangat disayangkan.

Patung Si Pahit Lidah sedang memegang kayu

Patung Si Pahit Lidah sedang memegang kayu tersebut melambangkan keperkasaannya saat membela masyarakat besemah zaman dulu

Tulisan Sesudah Tulisan…
Oh ya, jaman SMA dulu pernah ada acara berkunjung ke tempat-tempat bersejarah di Palembang, saat sampai di Museum Bala Putera Dewa, kami diceritakan oleh seorang penjaga (saya lupa namanya) bahwa Legenda Si Pahit Lidah dikarang oleh orang Belanda (VOC) agar menutupi fakta masyarakat Sumatera Selatan adalah orang-orang yang pintar seni.

Kata-kata penjaga museum ini lumayan masuk akal, tapi jika ditanya ke saya pribadi, saya akan tetap memilih bahwa Pangeran Serunting Sakti alias Si Pahit Lidah benar-benar ada di jaman dahulu dan membela masyarakat yang lemah #ciyeee O:-)

Mohon maaf jika pengalaman saya berjelajah ini tidak bisa mendapati foto satupun, sebenarnya saya membawa kamera poket dan juga  handphone berkamera, tetapi ternyata sampai di tempat tujuan 2 kamera tersebut tidak bisa digunakan, handphone saya memang habis baterai karena lupa di-charge, sedangkan kamera poket saya tidak mau hidup, walau baterainya penuh. Anehnya setelah perjalanan usai, kamera ini bisa berfungsi kembali, hal ini karena sebuah kebetulan ataukah …? :-SS

Pada akhir kata, akan lebih baik jika pemerintah memperhatikan dan menjaga tempat-tempat bersejarah dan budaya asli daerah, toh selain mempunyai daya tarik kepada wisatawan yang datang, juga berusaha melestarikan nilai-nilai kebudayaan Indonesia yang beragam ini, khususnya daerah Sumatera Selatan.

Tulisan ini diperuntukkan mengikuti Kompetisi Blog Pesona Sumatera Selatan yang diadakan Komunitas Blogger Wongkito. Harusnya jika membicarakan Sumatera Selatan, akan ada banyak sekali hal yang menarik untuk dikunjungi, ditulis, dan dibagikan. Tetapi untuk kesempatan ini, entah mengapa rasanya saya ingin sekali menuliskan legenda Si Pahit Lidah.

Mudah-mudahan setelah membaca tulisan saya ini, beberapa orang dari luar daerah Sumatera Selatan akan bisa mendapat pengetahuan bahwa ternyata di Sumatera Selatan, khususnya Lahat bukan hanya Gunung Dempo yang bisa dijadikan tempat wisata, ada juga beberapa patung yang menarik bagi mereka yang suka akan sejarah untuk berkunjung.

sumber foto:

  1. Batu Macan: lahatkab.go.id
  2. Patung Si Pahit Lidah: palembang.tribunnews.com