Premiere Pengejar Angin

Sebelum Tulisan Dimulai…
Awalnya dapet informasi dari Fandagri yang mengatakan akan membagi-bagikan tiket gratis film Pengejar Angin di twitter @AboutPalembang. Saya pikir, apa pula itu film Pengejar Angin? ngeliat poster filmnya saja tidak pernah.

Alih-alih ikut kuisnya; Saya bersama Istri, Nike, dan Mbak Ira malah dapet tiket gratis setelah mengancam merayu Fanda, hihi.

Tulisan Sesudah Sebelum Tulisan Dimulai…
Setelah mendapat konfirmasi bahwa Premiere Pengejar Angin tersebut ditayangkan pada tanggal 1 November 2011 pukul 20.00, Saya dan istri berangkat ke Palembang Indah Mall setelah maghrib.

Kami bertemu Nike dan Mbak Ira, lalu disusul Kholid dan Huang.

Lanjut ke atas, wow! ramenya; juga hampir semua poster Coming Soon tertempel film Pengejar Angin. Awal lihat poster pengejar angin, duh agak ada kesan meremehkan. Maklum poster yang menampilkan seorang anak dengan baju SMA dan harimau itu editannya kasar, kasar banget malah.

Poster Pengejar Angin

Poster Pengejar Angin

Walau di undangan tertulis pukul 20.45, tapi pada kenyataannya walau sudah pukul 20.45 lewat, masih tetep belum boleh masuk ke teater tempat film ditayangkan. Nah di saat menunggu inilah kami manfaatkan untuk bernarsis ria. Foto-foto di poster Pengejar Angin juga foto-foto bareng Mas Mathias Muchus.

Foto di Depan Poster Pengejar Angin

Foto di Depan Poster Pengejar Angin

Foto Bareng Mas Mathias Muchus

Foto Bareng Mas Mathias Muchus

Akhirnya setelah lumayan lama menunggu (walau menunggunya dengan fun sih, soalnya sibuk foto-foto, ngalor-ngidul, dsb), kami dipersilakan masuk ke teater.

Sebelum film dimulai, ada beberapa pengumuman yang kami dengar, seperti pembuatan film yang didanai oleh Pemprov Sumsel, awalnya mendengar fakta bahwa film ini didanai oleh Pemprov Sumsel saya mencibir. Tapi selanjutnya Mas Hanung mengatakan bahwa pengerjaan film yang katanya 80% kru berasal dari Sumsel, dan juga sekaligus mendidik talenta-talenta dari Sumsel, pikiran saya melunak. Saya pikir ini lumayan masuk akal untuk mengasah bibit-bibit Sumsel untuk di kemudian hari bisa mengerti pembuatan film. Mudah-mudahan dengan film ini mereka menjadi lebih percaya diri bisa berkarya di film berikutnya tanpa campur tangan Pemprov lagi.

Awal melihat film, ada adegan di mana para penumpang bus yang diperingati oleh para awak bus agar berhati-hati karena memasuki daerah rawan. Cuma yang janggal saat perampok tsb merampok, kok pintu bus bisa dibuka ya? Padahal kalau memang para awak tau akan melewati daerah rawan, ya tentunya pintu bus akan dikunci; dan seingat saya pintu bus antar kota antar provinsi memang dikunci sewaktu berjalan.

Kemungkinan sih hal di atas terjadi agar tidak ada adegan pemecahan kaca jendela bus kali ya 🙂

Suasana di Dalam Teater

Suasana di Dalam Teater

Film ini berkisah tentang seorang anak bernama Dapunta (diperankan oleh Qausar Harta Yudana) yang mempunyai bapak seorang perampok (ya perampokan bus di atas adalah hasil kerja bapaknya hihi). Tapi Dapunta tidak ingin mengikuti jejak bapaknya, ia ingin kuliah, mengubah nasib keluarganya. Menemui rintangan seperti dimusuhi oleh teman-teman di sekolah (yang paling memusuhi adalah seorang anak Camat bernama Yusuf yang diperankan oleh Giorgino Abraham), tidak ada biaya, dan lain sebagainya.

Selanjutnya adegan demi adegan mengalir bagus, awalnya tidak percaya kalo ini film buatan 80% kru berasal dari Sumsel. Semua terlihat begitu profesional.

Paling beberapa yang jadi catatan saya setelah menonton film ini:

  1. Tidak dijelaskan hubungan Pak Guru Damar (diperankan oleh Lukman Sardi) dengan Nyimas (diperankan oleh Siti Helda Meilita), tiba-tiba saja Pak Guru mengajak Dapunta dan beberapa rekannya untuk belajar di rumah Nyimas.
    Tebakan saya sih, mungkin Pak Guru Damar adalah guru private Nyimas.
  2. Perpindahan scene saat puncak emosi terlalu cepat. Pada saat penonton lagi dibawa oleh adegan yang mengharukan, belum sempat penonton menikmati puncak emosi haru, eh scene sudah diganti.
  3. Hubungan kuat antara ayah dan anak yang diperlihatkan oleh Dapunta dan Bapaknya sayang sekali jika tidak diperlihatkan saat lomba lari PopNas, di film cuma ada bayangan sang ayah di lintasan lari.
    Akan lebih baik dan lebih mendramatisir jika Dapunta tertinggal lebih dulu, lalu dia teringat tentang dia dan ayahnya yang berlomba lari di tengah hutan, dan itu menambah daya juangnya #mendrama 😛
Tapi secara keseluruhan film ini bagus, sangat bagus malah. Beberapa aktor asal Sumsel juga memuaskan, tidak tampak canggung di sana. Saya pribadi sangat puas.
Di akhir film, kami berfoto-foto bersama para aktor pendukung dan Mas Hanung:
Foto Bareng Mas Hanung

Foto Bareng Mas Hanung

Foto Bareng Pemeran Film Pengejar Angin

Foto Bareng Pemeran Film Pengejar Angin

Foto Bareng Pemeran Film Pengejar Angin

Foto Bareng Pemeran Film Pengejar Angin

Tulisan Sesudah Tulisan…
Foto-foto diambil dari blognya Mbak Ira